Pages

Kamis, 24 Maret 2011

0 Pendampingan Kelompok


Hari Kamis, Tanggal  24 Maret 21011
BIOTA foundation  :  Melakukan pendampingan  kelompok pembudidaya rumput  laut  BERKAH UTAMA   di  Kelurahan Mangkang Wetan Tugu Kota Semarang, dalam membahas program kerja kedepan dan persiapan panen. 
RAPAT KOORDINASI DAN PERSIAPAN PANEN
Pendampingan tersebut diharapkan dapat meningkatkan   dampak yang  positif dari kelompok terutama dari sisi pemasaran,  dari budidaya rumput laut yang di kembangkan  secara perorangan dan penjualan pun bergantung para penampung atau tengkulak. 
PARA PETANI SEDANG MELAKUKAN PANEN RUMPUT LAUT
RUMPUT LAUT JENIS GHIGAS
Para pembudidaya kerap merasakan harga jual rumput laut yang rendah, bahkan panen ada sampai yang tidak dibeli. “Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab produksinya kecil dan hanya tergantung pada satu penjual,” . Melihat keadaan itu para pembudidaya pun berkumpul dan sepakat untuk menginisiasi pembentukan  kelompok yang bernama BERKAH UTAMA  pada pada 15 April  2010., selain menjadi pembudidaya kelompok ini juga melakukan pembelian rumput laut basah dan kering bagi anggota kelompok dan  di wilayah Kota Semarang dan sekitarnya bekerjasama dengan berbagai perusahan yang bergerak di bidang rumput laut.  Dari kegiatan ini  kelompok  juga melakukan kegiatan panen rumput laut  guna meningkatkan penghasilan tambahan bagi anggota kelompok BERKAH UTAMA.
PETANI MEM[ERLIHATKAN RUMPUT LAUT
KETUA KELOMPOK BERKAH UTAMA (ROKABAT)

Diharapkan manfaat yang dapat dipetik para pembudidaya rumput laut dengan berkelompok. Salah satunya adalah produksi rumput laut yang dikembangkan kelompok yang punya anggota aktif sekitar 20 orang ini diharapkan akan lebih besar dan terorganisir, sehingga dapat meningkatkan  hasil kesejahteraan bagi anggota Kelompok BERKAH UTAMA dan keluarganya.


Jumat, 18 Maret 2011

0 ///Pamerkan Produk Unggulan

Hari : Rabu, Tanggal 16 Maret 2011
Peringatan Hari Rimbawan Ke. 28 dan Hari Kehutanan Internasional tingkat Jawa Tengah, BIOTA foundation dan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD)  Pamerkan Produk Unggulan  di Halaman Rimba Graha Semarang.

PENJELASAN KEPADA SEKDA JATENG TENTANG PRODUK UNGGULAN








Produk yang di pamerkan oleh BIOTA Foundation, antara lain :
1.  Panganan terbuat dari Buah Avicennia (Api-api)  terdiri dari    
     Bolu, Puding dan Klepon Mangrove.
2.  Terasi Deket, terbuat dari jembret tanpa bahan pengawet.
3.  Krupuk Udang.
4.  Kepiting bakau, hasil budidaya penggemukan dan Udang
5.  Contoh Bibit bakau dan avicennia (Api-api) hasil pembibitan.
SEKDA JATENG &  KADINAS KEHUTANAN SEDANG MENCICIPI KLEPON MANGROVE

Produk yang kami pamerkan mendapat respon dari  pengunjung yang mempertanyakan langsung tentang pemanfaatan buah mangrove menjadi makanan alternatif dan cara pengembangan budidaya penggemukan kepiting yang di lakukan oleh Biota Foundation.

Biota Foundation diwakili oleh Abdul Aziz (Ketua), Ibu Nur Chayati (Sekretaris) , Sururi (Direktur Konservasi) dan Rochani (Anggota)
PRODUK YANG KAMI PAMERKAN HABIS TERJUAL  ..................................

DIPUBLIKASIKAN OLEH KETUA, SEKRETARIS DAN DIREKTUR KONSERVASI

Kamis, 10 Maret 2011

0 Kondisi Pantai Mangunharjo

Beginilah Pantai Mangunharjo, 
 merupakan tempat menampung sampah
perlu perhatian semua pihak

Karena laut bukan merupakan keranjang sampah
Mari Kita Ciptakan Laut Biru dan 
Pantai Bersih Lestari

Dipublikasikan oleh Divisi Konservasi 

Kamis, 03 Maret 2011

0 Puisi Tentang Rusaknya Hutan Mangrove Akibat Ulah Manusia

Dulu aku yang melindungi nyawamu
Hartamu dan martabatmu

Tapi apa balasannya
Bertahun - tahun
Berbulan - bulan
Berminggu - minggu
Berhari - hari
Engkau siksa aku,
Engkau buang aku.
Kau bunuh aku.


Kini ku hanya sebatang kara 
Menunggu ajal menjemputku 


Aku rindu dan berharap
Tangan kasih membelaiku dan
Menghargaiku




Renungan Kerusakan Hutan Mangrove
Yang Dipublikasikan Oleh Ketua BIOTA




Rabu, 02 Maret 2011

0 Sekilas Info Kerusakan Tambak Akibat Abrasi Pantai Di Mangunharjo



KERUSAKAN MANGROVE AKIBAT ABRASI
Panjang pantai di kelurahan Mangunharjo  :   3,5 km dari sungai beringin s/d plumbon
Luas tambak  :  326 ha milik 82 orang petani tambak, mulai tahun 1995 tambak milik petani terkena dampak abrasi sampai dengan tahun 2010, jumlah tambak yang hilang seluas  171 ha, dengan rincina sebagi berikut :
1. Mulai tahun 2005 s/d 2010, jumlah tambak yang hilang akibat    dampak abrasi rata-rata  sekitar 5 ha/ per tahun.
2. Tambak yang masih produktif 75 Ha, rusak berat 80 ha dan 171 Ha Tambak Hilang.
3.  Kedalaman terendah sekitar 0,5 meter.
PEMBANGUNAN SABUK PANTAI
Kegiatan yang sudah di lakukan oleh masyarakat yaitu Pembangunan Sabuk Pantai dan penanaman mangrove dibelakang sabuk pantai panjang 2,5 Km, di mulai dari Sungai Plumbon dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah masih ada lubang sepanjang 1 km yang perlu penanganan.
KEGIATAN REHABILITASI YANG DILAKUKAN
Dan untuk mendukung perlindungan pesisir dan tambak juga dilakukan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Mulai Tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 jumlah luasan hutan mangrove sekitar 30 Ha, itupun banyak yang mengalami kerusakan, dan  jumlah pohon yang tertanam sekitar 1.745.600 Pohon Terdiri Mangrove. Api-api, cemara laut, ketapang dan tanaman perdu, itu belum cukup untuk mengatasi laju abrasi yang semakin cepat dari tahun ke tahun.


DIPUBLIKASIKAN OLEH DIREKTUR KONSERVASI

Selasa, 01 Maret 2011

0 MANGROVE HILANG PENGHASILAN BERKURANG, DAMPAK ABRASI DI MANGUNHARJO


KONDISI ABRASI TAHUN 2011
Pada tahun 1996/1997 warga kelurahan  mangunharjo kecamatan tugu kota semarang jawa tengah pernah memiliki kenangan indah ketika menjadi juara I (pertama) lomba intensifikasi petani tambak tingkat nasional dan  60 petani tambak secara bersama-sama menunaikan badah haji.
Itu artinya kesejateraaan para petani tambak diatas rata-rata karena hasil tambak melimpah, satu hektar tambak bisa menghasilkan udang dan bandeng berkuintal-kwintal, namun itu hanya cerita para petani tambak dulu.
RUSAKNYA EKOSISTEM MANGROVE 
Sejak kerusakan lingkungan  dimulai tahun 1998 sejak hilang 11 ha huta mangrove (bakau) hilang  tertelan abrasi sebagaian juga dibabat untuk budidaya udang windu pada saat itu, lalu abrasi begitu cepat sehingga  pada akhir tahun 2010 sudah melenyapkan 161 ha tambak penduduk maka secara pasti petani tambak kehilangan mata pencaharian sehingga lambat laun terjadi pemisikinan di kelurahan mangunharjo.
Di Kelurahan Mangunharjo kini hanya tersisa 30 ha hutan mangrove, tapi kondisinya sebagaian telah rusak karena laju abrasi semakin cepat, sehingga tambak 326 ha dan 161 ha diatanranya  sudah menjadi lautan, dari data itulah betapa sulitnya ekonomi warga  kelurahan mangunharjo.
KONDISI TPI MANGUNHARJO
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun sekarang pun mangkrak tidak berfungsi, banyak laki-laki petani tambak yang beralih profesi  menjadi buruh, kuli bangunan ataupun tukang ojek para nelayan pun makin sedikit memperoleh hasil tangkapan karena kerusakan hutan mangrove yang semula menjadi sarang bibit ikan yang kini sudah hancur. Untuk menghidupi keluarganya seorang nelayan tetap melaut  walaupun setiap hari  hanya menangkap ikan dan udang  sebanyak 3 s.d 4 kilo  per hari. Bila dijual laku sekitar Rp 75.000 s/d 100.000 pendapatan itu belum  dikurangi untuk biaya bahan baker dan makan, jadi pulang hanya membawa sedikit itu berbeda dengan 10 tahun yang lalu itu akibat dari hilangnya hutan mangrove. Kata zarkoni (45) tahun nelayan Mangkang Wetan..


 DIPUBLIKASIKAN OLEH KETUA BIOTA FOUNDATION